Selasa, Desember 01, 2009

Asiyah binti Muzahim, isteri Fir'aun

Asiyah binti Muzahim merupakan salah satu diantara wanita-wanita pilihan yang pernah terukir dalam bingkai sejarah. Dia istri Fir’aun, seorang raja Mesir di zaman Nabi Musa. Saat bersama Fir’aun, Asiyah tidak dikaruniai seorang anak pun. Fir’aun sangat mencintainya karena kecantikan dan kematangan akhlaknya. Telah berapa banyak cobaan dan tantangan yang harus dihadapinya dengan penuh kesabaran. Bahkan, berbagai kesulitan mampu dirubah menjadi kemudahan, sehingga Asiyah dikenal sebagai rahmat, bagi masyarakat di zaman Fir’aun yang penuh dengan kelicikan dan lalim.

Pada masa yang seperti itulah muncul peristiwa yang akan menentukan sejarah hidup Nabi Musa selanjutnya. Disebutkan dalam sejarah kenabian, ketika Asiyah duduk-duduk di taman yang indah nan luas, dihiasi dengan aliran sungai mempesona. Dia melihat sebuah peti mengambang. Perlahan-lahan peti itu semakin mendekat sehingga Asiyah menyuruh para pembantunya untuk mengambil dan mengeluarkan isi peti tersebut. Ketika dibuka, ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi mungil, elok dan rupawan. Maka, muncullah perasaan kasih sayang dalam diri Asiyah. Allah mengaruniakan cinta dan kasih sayang terhadap bayi tersebut melalui Asiyah. Tak pelak lagi, Asiyah memerintahkan agar bayi itu dibawa ke istana dengan bertekad memelihara dan mangasuhnya.

Ketika mendengar berita tersebut, Fir’aun hendak membunuhnya, karena dia melihat mimpi yang selama ini menghantuinya tentang seorang anak yang kelak menghancurkannya. Para dukun dan ahli nujum dihadirkan dari seluruh pelosok negara. Mimpinya pun diceritakan kepada mereka, sehingga ia diperingatkan agar hati-hati dengan kelahiran seorang bayi yang akan menjadi penyebab kehancuran kerajaannya. Akhirnya, semua bayi laki-laki Bani Israel yang lahir diperintahkan agar dibunuh, kecuali bayi yang diasuh Asiyah. Fir’aun pun luluh dengan bujukan Asiyah ketika ia berkata: “Kita tidak mempunyai keturunan anak laki-laki, maka jangan bunuh anak ini. Semoga ada manfaatnya untuk kita atau kita jadikan dia sebagai anak kandung kita”. Fir’aun menyetujui dan menyarankan agar anak itu dididik sedemikian rupa. Asiyah memberi nama Musa terhadap anak tersebut dan mendidiknya hingga dewasa dalam istana Fir’aun. Dan kisah tentang ini tidak asing lagi bagi kita.

Kelak, Asiyah merupakan salah seorang yang mempercayai Musa. Ketika Fir’aun mengetahui hal tersebut, tiba-tiba rasa cintanya berubah menjadi kemarahan dan permusuhan. Asiyah tidak mengindahkannya karena dirinya tahu bahwa kebenaran bersamanya. Dan dia pun tahu bahwa Musa as adalah utusan Allah yang kebenarannya tidak dapat dihalangi oleh tantangan dan ancaman yang datangnnya dari siapa saja. Hingga meninggal dunia, hari-hari akhirnya Asiyah hanya dipenuhi dengan dzikir kepada Allah seraya mengucapkan:

{"Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya"}

Allah telah mengabulkan do’anya, bahkan dalam sebuah hadis Nabi saw disebutkan bahwa Asiyah termasuk diantara wanita-wanita yang mulia, diriwayatkan: [“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam puteri Imron dan Asiyah istri Fir’aun”].
Selengkapnya...

Sabtu, November 28, 2009

Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim AS

الله أكبر

ولله الحمد. الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. الحمد لله نحمده ونستعين ونستهديه، ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهد الله فهو المهتد، ومن يضلل فلن تجد له وليا مرشدا، أشهد أن لاإله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم فصل وسلم على هذا الرسول الكريم وعلى آله وصحبه وأتباعه إلى يوم الدين. أما بعد: فيا عباد الله، أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون.

Segala sanjungan puja dan puji syukur hanyalah kepada Allah SWT., atas segala karunia kenikmatan yang kita terima dalam jumlah yang begitu besar sehingga kita bisa hadir pada pagi hari yang agung ini untuk melaksanakan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar empat juta jamaah haji dari segala penjuru dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Suara mereka bertaut dengan suara kita, sambung-menyambung di angkasa raya dalam pujian, takbir, tahlil dan tahmid. Ini karena kita semua disatukan dalam nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT, yakni nikmat Iman dan Islam.

Allahu Akbar 3X WaliLlahilhamdu.

Kaum muslimin rahimakumullah.

Prosesi manasik dalam ibadah haji dan perayaan ‘Idul Adha tidak terlepas dari napak tilas dan mengenang kembali seorang manusia agung yang diutus oleh Allah SWT. sebagai nabi dan rasul, yakni Nabi Ibrahim AS, yang juga diangkat oleh Allah sebagai imam/pemimpin untuk menjadi panutan seluruh alam hingga akhir zaman. Keagungan pribadi Nabi Ibrahim beserta keluarga dan pengikutnya, serta keteguhannya dalam berjuang menegakkan dakwah dan pemurnian tauhid/akidah manusia kepada Allah, membuat kita bahkan Nabi Muhammad harus mampu mengambil keteladanan darinya. Allah SWT. berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia“ (QS 60:4).

Banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; dalam khutbah yang singkat ini akan kami sampaikan tiga hal yang menjadi isyarat bagi kaum muslimin untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan, apalagi bagi kita, kaum muslimin bangsa Indonesia yang masih harus terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pertama, belajar dari profil kehidupan Nabi Ibrahim AS. membuat kita harus memberikan kepedulian yang lebih besar terhadap kesinambungan generasi yang dapat memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran. Hal ini karena ketika usia Nabi Ibrahim sudah semakin tua, kerinduannya pada generasi penerus perjuangan menjadi semakin besar melalui doanya agar Allah SWT. menganugerahkan kepadanya keturunan yang shaleh. Beliau mengatakan dalam sebuah do’anya yang tercantum dalam surat As Shaffat (37) ayat 100:

(رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ * الصافات: 100)

” Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shaleh”

Kondisi generasi muda kita sekarang boleh dibilang cukup memprihatinkan. Kasus-kasus perzinahan, pemerkosaan, pembunuhan, perkelahian/tawuran, pencurian, narkoba, AIDS, dan berbagai kasus kriminal lainnya adalah kasus-kasus yang banyak dilakukan oleh generasi muda kita.

Satu hal yang harus kita ingat bahwa anak merupakan anugerah sekaligus amanah. Sebagai anugerah dari Allah SWT, maka setiap orang tua harus mensyukuri kehadiran sang anak, apapun jenis kelaminnya dan bagaimanapun keadaan anak itu. Dalam kaitan dengan anak sebagai generasi pelanjut, bahwa anak merupakan amanah dari Allah SWT yang tidak boleh disia-siakan, anak selanjutnya harus dididik dengan sebaik-baiknya sebagaimana Nabi Ibrahim dan Siti Hajar telah mendidik puteranya Ismail dengan sedemikian baik. Sebagai seorang isteri dari seorang suami yang aktif berjuang di jalan Allah dan meninggalkannya di satu lembah yang tandus dan tak berpenghuni, Siti Hajar memberikan perhatian kepada anaknya, Ismail dengan begitu baik, sehingga meskipun ia harus berusaha mencari rezki sendiri yang dalam hal ini adalah mencari air, ia pergi hingga ke bukit Shafa, namun ia khawatir pada anaknya, maka ia pun berjalan kembali untuk melihat anaknya. Ketika dilihat anaknya dalam keadaan baik, ia pun menuju Marwa. Inilah yang kemudian disebut dengan Sa’i dari Shafa ke Marwa sebanyak tujuh kali. Di samping itu Allah SWT juga mengabadikan perhatian dari orang tua yang begitu besar kepada anaknya ini dengan apa yang dikenal dengan Hijir Ismail, alias pangkuan Ismail, suatu tempat yang begitu mulia di Ka’bah yang di situlah dahulu Ismail diasuh, dididik dan dibesarkan dalam pangkuan ibundanya, Siti Hajar.

Untuk bisa melahirkan generasi yang shaleh, yang harus menjadi shaleh terlebih dahulu adalah kita sebagai orang tuanya. Sangat jarang terjadi orang tua mendambakan anaknya menjadi shaleh sementara ia sendiri tidak shaleh. Hal ini karena mendidik anak harus dimulai dengan keteladanan yang baik dari lingkungan keluarganya, karenanya bagaimana mungkin orang tua bisa mendidik anak-anaknya dengan baik kalau ia sendiri tidak bisa memberi contoh yang baik. Perhatian dan kepedulian terhadap kaderisasi generasi muda harus menjadi agenda utama setiap pemimpin dan calon pemimpin bangsa ini, karena di tangan generasi muda lah terletak masa depan yang diharapkan lebih baik dari masa kini.

Allahu Akbar 3X WalilLahilhamdu.

Ma’aasyiral muslimin rahimakumulLah.

Kedua, yang menjadi pelajaran dari profil Nabi Ibrahim AS. dan keluarganya adalah keharusan mempertahankan dan memperkokoh idealisme sebagai seorang mu’min yang senantiasa berusaha untuk berada pada jalan hidup yang benar, apapun keadaannya dan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Begitulah memang, yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya dalam mempertahankan dan memperjuangkan ideologi tauhid dengan hujjah, argumentasi atau alasan yang kuat. Dalam sejarah Nabi Ibrahim, kita dapatkan beliau menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di sekitarnya, saat itu Ibrahim adalah seorang anak remaja, sebagaimana yang tercermin dalam firman Allah SWT yang menceritakan hal ini: (الأنبياء: 58-60)

58) فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلاَّ كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ

59) قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ

60) قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ

“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali ( untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan sembahan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang anak remaja yang mencela tuhan-tuhan ini, namanya Ibrahim”.

Untuk mempertahankan idealismenya ini, Ibrahim bahkan siap untuk terus berjuang sampai mati, meskipun harus berjuang di wilayah lain, ia menyebut dirinya sebagai orang yang pergi (berhijrah) kepada Allah SWT, Tuhannya Yang Esa. Dalam hal ini Nabi Ibrahim menyatakan di hadapan orang-orang kafir: (الصافات: 99)

” Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi (berhijrah) kepada Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.

Oleh karena itu, idealisme yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS tidak hanya saat ia masih muda belia, tapi bandingkan dengan suatu peristiwa yang amat menakjubkan, saat Ibrahim diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih puteranya, Ismail, dalam peristiwa pengorbanan yang sangat terkenal itu, saat itu Ibrahim sudah sangat tua, sedangkan Ismail adalah anak kesayangannya yang sangat didambakan sejak lama. Maka Ibrahim pun melaksanakan perintah Allah SWT yang terasa jauh lebih berat dari sekedar menghancurkan berhala-berhala di masa mudanya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Nabi Ibrahim AS memiliki idealisme sekaligus loyalitas dan totalitas yang tinggi kepada Allah semenjak masih muda sampai ia sudah tua. Dan inilah yang amat dibutuhkan dalam kehidupan di negeri kita, jangan sampai ada generasi yang pada masa mudanya menentang kezaliman, tapi ketika ia berkuasa pada usia yang lebih tua justeru ia sendiri yang melakukan kezaliman yang dahulu ditentangnya itu. Jangan sampai ada generasi yang semasa muda menentang korupsi, tapi saat ia berkuasa di usianya yang sudah semakin tua justeru ia sendiri yang melakukan korupsi padahal dahulu sangat ditentangnya.

Dalam kehidupan sekarang, kita dapati banyak orang yang tidak mampu mempertahankan idealisme atau dengan kata lain tidak istiqomah sehingga apa yang dahulu diucapkan dan diperjuangkan tidak tercermin dalam langkah dan kebijakan hidup yang ditempuhnya, apalagi hal itu dilakukan karena terpengaruh oleh sikap dan prilaku orang lain, teman sejawat atau kelompoknya yang tidak baik. Karena itu, Rasulullah SAW, mengingatkan dalam haditsnya:

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ رواه الترمذي

Janganlah kamu menjadi orang yang ikut-ikutan dengan mengatakan, kalau orang lain berbuat baik kami pun berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berperinsip: jika orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan maka janganlah kamu berbuat zalim (seperti mereka).

Allahu Akbar 3X WaliLlahilhamdu.

Jamaah Shalat ‘Ied yang dimuliakan Allah.

Ketiga, dari sekian banyak ‘Ibrah dari pribadi Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah pelajaran tentang kepemimpinan (Imamah). Di mana Allah telah memilih Nabi Ibrahim sebagai pemimpin bagi umat manusia atas berbagai prestasinya yang gemilang dalam banyak ujian yang telah dilaluinya. Dalam hal ini Allah menyebutkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 124:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

” Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya secara sempurna. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: ” Janjiku ini tidak mencakup orang-orang yang zalim”.

Ujian Allah terhadap Nabi Ibrahim AS. cukup banyak, diantaranya, perintah untuk berdakwah memurnikan ketauhidan ummat manusia yang telah terkontaminasi oleh perbuatan syirik (menyekutukan Allah), perintah menyembelih puteranya Ismail, membangun Ka’bah dan membersihkan Ka’bah dari kemusyrikan, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain. Selanjutnya Allah mengangkat Ibrahim sebagai pemimpin bagi manusia. Pemimpin yang menjadi tauladan yang baik dan berlaku bijak dan adil terhadap rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin manusia di bidang misi risalah yang diembannya dari Allah SWT, di bidang kehidupan beragama, politik, hukum, ekonomi dan lain-lain. Pemimpin yang berjuang untuk mengangkat martabat rakyatnya agar menjadi bangsa yang punya ‘izzah, berwibawa di mata Allah dan di dalam percaturan dunia. Tetapi Nabi Ibrahim berharap agar kepemimpinannya itu kelak akan diwariskan kepada anak cucunya, tetapi Allah memberikan ketentuan bahwa Imamah atau kepemimpinan ini tidak akan diberikan-Nya kepada orang-orang yang berbuat zalim; zalim terhadap dirinya dengan berbuat syirik (menyekutukan) kepada Allah, atau berbuat zalim kepada umat manusia dengan cara mengkhianati amanah yang telah dipercayakan kepadanya.

Di dalam sejarah, kita mengenal banyak nabi dan rasul yang diutus oleh Allah untuk menjadi pemimpin manusia dari anak keturunan Nabi Ibrahim AS, dan yang terakhir adalah Nabi kita Muhammad SAW. Tapi tidak jarang dari anak keturunan Ibrahim yang berlaku zalim seperti orang-orang Yahudi dan bangsa Arab Jahiliyah yang tidak mampu mewarisi misi dakwah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS, yang akhirnya Allah menghinakan mereka.

Di dalam kehidupan kekinian, cukup relevan untuk dikemukakan bahwa di dalam memilih pemimpin haruslah kita berhati-hati, jangan sampai kita memilih orang yang zalim sebagai pemimpin kita; karena sudah dapat dipastikan Allah akan menghancurkan orang-orang yang zhalim, dan kita yang memilihnya pun akan ikut binasa. Allah berfirman dalam surat Ibrahim (14) ayat 13:

فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ

“..maka Tuhan mewahyukan kepada para rasul: Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zhalim”.

Dan di akhirat, para pemimpin yang zalim dan para pemilih dan pengikutnya akan sama-sama disiksa di neraka dengan azab yang sangat pedih. Mari kita simak firman Allah berikut ini:

66) يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ 67) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ 68) رَبَّنَا ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا (الأحزاب: 66-68).

“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan (atau disate) di neraka, mereka berkata, ‘alangkah baiknya seandainya kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul. Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan kebenaran. Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.

Kepemimpinan di dunia ini memang terkadang jatuh ke tangan orang-orang yang zalim akibat lemahnya orang-orang yang shaleh, padahal orang-orang shalehlah yang paling berhak menjadi pemimpin di muka bumi ini. Allah berfirman:

(أن الأرض يرثها عبادي الصالحون* الأنبياء: 105)

“..Sesungguhnya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh“.

Berbagai prilaku arogan yang dipertontonkan oleh orang-orang zalim di dunia kini adalah akibat dari kelemahan orang-orang shaleh, praktek-praktek buruk seperti korupsi, kolusi, nepotisme dan berbagai ketidak adilan dalam pemerintahan yang dilakukan orang-orang yang zalim adalah akibat dari lemahnya orang-orang yang shaleh. Karena itu orang-orang yang beriman haruslah memilih orang yang shaleh yang memiliki visi dan misi kepemimpinan sebagaimana misi kepemimpinan nabi Ibrahim, yakni misi dakwah dan reformasi di semua sektor kehidupan. Barangsiapa yang memilih orang zalim sebagai pemimpinnya, maka ia ikut bertanggung jawab atas semua kezalimannya di hadapan mahkamah Allah SWT dan bertanggung jawab juga kepada rakyat. Untuk memilih pemimpin yang shaleh, kita dapat melihat track record kepribadiannya di masa lalunya, secara vertikal ia harus baik hubungan ibadahnya kepada Allah SWT, dan secara horisontal ia selalu berbuat adil dan bijaksana serta penuh kasih sayang dan berakhlak baik kepada sesama manusia. Kondisi akhlak dan pendidikan keluarga dan anak-anaknya.

Karena atas dasar inilah Nabi Ibrahim dipilih oleh Allah SWT. sebagai imam (pemimpin) bagi semua manusia. Hanya dengan kejelian dan penuh rasa tanggung jawab kita dalam memilih pemimpin yang shalih, beriman dan bertakwa serta memiliki dedikasi yang tinggi kepada Sang Khalik, di samping berakhlak mulia dan penuh kepedulian kepada sesamanya, negeri ini diharapkan dapat keluar dari krisis multidimensi, dan menjadi negeri yang penuh berkah dan maghfirah dari Allah SWT. “Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofuur”.

Ma’aasyiral Muslimin RahimakumuLlah.

Dari uraian khutbah kita yang singkat pada pagi ini, dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang Muslim kita sangat dituntut untuk menunjukkan komitmen atau keterikatan dan loyalitas kita kepada Allah SWT. dengan menegakkan nilai-nilai Islam yang telah diturunkan-Nya, sebagai apapun kita dan di manapun posisi kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, atau bermasyarakat dan berbangsa. Karenanya, Rasulullah SAW berpesan kepada kita agar selalu bertaqwa kepada Allah SWT di manapun kita berada.

فاتقوا الله يا عبادالله، وصلوا وسلموا على نبيكم كما أمركم الله في محكم كتابه: “إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما”. اللهم صل على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن دعا بدعوته ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وعلينا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين. اللهم اغفرلنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم. ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين . اللهم أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه. اللهم ادفع عنا الغلاء والوباء والبلاء والفحشاء والمنكر والبغي والسيوف المختلفة والشدائد والمحن ما ظهر منها وما بطن من بلدنا هذا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة إنك على كل شيء قدير. اللهم أعز الإسلام والمسلمين وأذل الشرك والمشركين ودمر أعداءك أعداء الدين. اللهم من أراد بنا وبديننا وأمتنا سوءا فاجعل دائرة السوء تدورعليه ، ومن أرادنا وأراد المسلمين بسوء فأشغله في نفسه. اللهم اجعل لإخواننا الحجاج حجا مبرورا وسعيا مشكورا وذنبا مغفورا وعملا صالحا مقبولا وتجارة لن تبور، وأعدهم إلى بلادهم سالمين غانمين مرحومين يا أرحم الراحمين. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. عبادالله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر. الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Selengkapnya...

Sabtu, November 28, 2009

Konferensi Iblis

Dalam suatu Konferensi Iblis, Syaitan dan Jin,dikatakan: "Kita tidak dapat melarang kaum muslim ke Mesjid. Kita tidak dapat melarang mereka membaca Al-Qur'an dan mencari kebenaran, bahkan kita tidak dapat melarang mereka mendekatkan diri dengan Tuhan mereka Allah dan Pembawa risalah-Nya, Muhammad. Pada saat mereka melakukan hubungan dengan Allah, maka kekuatan kita akan lumpuh."

"Oleh sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke masjid; biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah". "Oleh sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke masjid; biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah".

"Inilah yang akan kita lakukan," kata iblis. "Alihkan perhatian mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari!"."Bagaimana kami melakukannya?" tanya para hadirin yaitu iblis, syaitan, dan jin? “Sibukkan mereka dengan hal2 yang tidak penting dalam kehidupan mereka, dan ciptakan tipudaya untuk menyibukkan fikiran mereka,"

Jawab sang iblis. "Rayu mereka agar suka BELANJA, BELANJA DAN BELANJA SERTA BER -HUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG". "Bujuk para istri untuk bekerja di luar rumah sepanjang hari dan para suami bekerja 6 sampai 7 hari dalam seminggu,10 - 12 jam sehari, sehingga mereka merasa bahwa hidup ini sangat kosong." "Jangan biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak2 mereka." "Jika keluarga mereka mulai tidak harmonis, maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan lelah sepulang dari bekerja. Dorong terus cara berfikir seperti itu sehingga mereka tidak merasa ada ketenangan di rumah." "Pikat mereka untuk membunyikan radio atau kaset selama mereka berkendaraan. Dorong mereka untuk menyetel TV, VCD, CD dan PC di rumah sepanjang hari. Bunyikan musik terus menerus di semua restoran maupun toko2 di dunia ini. Hal ini akan mempengaruhi fikiran mereka dan merusak hubungan mereka dengan Allah dan rasul-Nya"

"Penuhi meja2 rumah mereka dengan majalah2 dan tabloid. Cekoki mereka dengan berbagai berita dan gosip selama 24 jam sehari. Serang mereka dengan berbagai iklan2 di jalanan. Banjiri kotak surat mereka dengan informasi tak berguna, katalog2,undian2, tawaran2 dari berbagai macam iklan.Muat gamba2 wanita yang cantik itu, yang langsing dan berkulit mulus di majalah dan TV, untuk menggiring para suami berfikir bahwa PENAMPILAN itu menjadi unsur terpenting, sehingga mem-buat para suami tidak tertarik lagi pada istri2 mereka"

"Buatlah para istri menjadi sangat letih pada malam hari, buatlah mereka sering sakit kepala. Jika para istri tidak memberikan cinta yang diinginkan sang suami, maka akan mulai mencari di luaran. Hal inilah yang akan mempercepat retaknya sebuah keluarga. Terbitkan buku2 cerita untuk mengalihkan kesempatan mereka untuk mengajarkan anak2 mereka akan makna shalat."

"Sibukkan mereka sehingga tidak lagi punya waktu untuk mengkaji bagaimana Allah menciptakan alam semesta. Arahkan mereka ke tempat2hiburan, fitness, pertandingan2, konser musik dan bioskop Buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK DAN SIBUK". "Perhatikan, jika mereka jumpa dengan orang shaleh, bisikkan gosip2 dan percakapan tidak berarti, sehingga percakapan mereka tidak berdampak apa2”.

"Isi kehidupan mereka dengan keindahan 2 semu yang akan membuat mereka tidak punya waktu untuk mengkaji kebesaran Allah. Dan dengan segera mereka akan merasa bahwa keberhasilan, kebaikan/kesehatan keluarga adalah merupakan hasil usahanya yang kuat (bukan atas izin Allah)." "PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL.RENCANA YANG BAGUS."

Iblis, syaitan dan jin kemudian pergi dengan penuh semangat melakukan tugas MEMBUAT MUSLIMS MENJADI LEBIH SIBUK, LEBIH KALANG KABUT, DAN SENANG HURA2. Dan hanya menyisakan sedikit saja waktu buat Allah sang Pencipta." "Tidak lagi punya waktu untuk bersilaturahmi dan saling mengingat Allah dan rasul-Nya". Sekarang pertanyaan saya adalah, "APAKAH RENCANA IBLIS INI AKAN BERHASIL………..????"
Selengkapnya...

Sabtu, November 28, 2009

Ketika Abu Hurairah Lapar

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, aku pernah menempelkan perutku ke tanah karena sangat lapar. Kadang aku menaruh batu di perutku karena lapar. Suatu hari aku duduk di jalan yang biasa mereka lalui keluar, kemudian melintas Abu Bakar. Aku bertanya kepadanya tentang sebuah ayat dari Al-Qur’an dan aku tidak bertanya kepadanya kecuali karena mengharapkan dia memberiku makanan, akantetapi dia berlalu dan tidak memberiku. Kemudian lewat di depanku Umar dan aku juga bertanya kepadanya tentang suatu ayat tentang Al-Qur’an, dan aku tidak bertanya kepadanya kecuali agar dia mau memberiku makanan, tetapi dia hanya berlalu dan tidak memberiku.

Kemudian Nabi saw. lewat di depanku dan tersenyum ketika beliau melihatku, dan beliau tahu apa yang aku rasakan dan ada apa di balik raut wajahku, kemudian beliau bersabda, “Hai Abu Hirr (bapak kucing).” Aku menyahut, “Labbaik, ya Rasulullah.” Sabda beliau, “Ikutlah.”

Kemudian beliau berjalan dan aku mengikuti beliau. Lalu beliau masuk dan aku meminta izin, dan beliau mengizinkan aku. Beliau masuk dan mendapatkan susu pada sebuah bejana, lalu beliau bertanya, “Dari mana susu ini?” Mereka menjawab, “Engkau dihadiahi oleh fulan.” Sabda beliau, “Abu Hirr.” Jawabku, “Labbaik, ya Rasulullah.” Sabda beliau, “Pergilah ke Ahlus Shuffah dan panggil mereka untukku.” Ahlus Shuffah adalah tamu-tamu Islam, yang tidak memiliki keluarga, tidak punya harta, dan tidak punya seorang pun (dan mereka tinggal di serambi belakang Masjid Nabi). Apabila Nabi dibawakan sedekah, beliau langsung mengirimkan kepada mereka dan tidak mengambil sedikitpun darinya. Dan, apabila beliau diberikan hadiah, beliau juga mengirimkannya kepada mereka dan mengambil sedikit darinya.

Perintah beliau untuk memanggil Ahlus Shuffah membuat aku tidak enak, maka aku berkata (kepada diriku sendiri), “Seberapa banyak susu mau dibagikan terhadap Ahlus Shuffah? Aku lebih berhak untuk mendapatkannya untuk memperkuat diriku. Dan bila beliau datang, beliau memerintahkan aku dan akulah yang membagikannya untuk mereka, dan tidak ada harapan bahwa aku akan mendapat bagian darinya, akantetapi mentaati Allah dan Rasul-Nya adalah wajib.”

Maka aku mendatangi mereka dan mereka pun datang. Kemudian meminta izin dan mereka diizinkan lalu masing-masing mengambil tempat duduk di dalam rumah. Sabda beliau, “Ya Abu Hirr.” Aku sahut, “Labbaik, ya Rasulullah.” Sabda beliau, “Ambillah dan berikan kepada mereka.”

Maka aku mengambil bejana itu, kemudian memberikan seorang lau minum sampai kenyang, kemudian mengembalikan bejana itu kepadamu. Lalu aku berikan kepada seorang lagi dan minum sampai kenyang, kemudian dia mengembalikan bejana itu kepadaku. Lantas aku berikan lagi kepada yang lain dan minum sampai kenyang dan mengembalikan bejana itu kepadaku, sampai selesai kepada Nabi saw. dan semua orang telah kenyang.

Kemudian beliau mengambil bejana itu dan meletakkannya di tangan beliau, kemudian melirik kepadaku dan tersenyum sambil bersabda, “Abu Hirr.” Aku jawab, “Labbaik, ya Rasulullah.” Sabda beliau, “Tinggal aku dan kamu.” Aku jawab, “Engkau benar, wahai Rasulullah.” Sabda beliau, “Duduk dan minumlah.” Aku pun duduk dan minum. Beliau bersabda lagi, “Minumlah.” Dan aku pun minum lagi, dan beliau bersabda, “Minumlah.” Sampai aku mengatakan, “Tidak, demi Zat Yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak menemukan tempat lagi (di perutku).” Sabda beliau, “Perlihatkan kepadaku.” Maka aku berikan bejana itu kepada beliau, dan kemudian beliau memanjatkan puji syukur kepada Allah dan meminum yang tersisa.

Selengkapnya...

Kamis, November 26, 2009

Misteri Qurban, Siapa yang Disembelih?

Secara eksplisit Al Qur’an tidak menegaskan siapa putra Nabi Ibrahim as. Yang disembelih, apakah Ismail atau Ishak. Begitu juga dalam keterangan hadits beberapa riwayat ada yang menyebutkan Ismail dan ada juga yang menyebutkan Ishak. Para ahli tafsirpun ada perbedaan pendapat. Menurut pandangan mayoritas dalam dunia Islam selama ini, yang disembelih adalah Ismail. Sedangkan menurut orang yahudi dalam perjanjian lama secara eksplisit disebutkan Ishaq. Begitu yang saya pahami dari berbagai sumber dan tulisan-tulisan yang dikemukan oleh para ahli.

Ayat yang menyinggung secara tegas masalah qurban adalah :

1. Surat As Shaffat (37) ayat 102 – 105

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku meihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu”. Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (102)

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas lipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (1030
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, (104)

Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami member I balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105)

Ayat lain yang secara terang-terangan menyebutkan nama Ismail dan Ishak tapi bukan dalam kaitan dengan qurban adalah :

2. Surat Ibrahim (14) ayat 39: Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.

Beberapa argumentasi yang menyatakan bahwa Ismail yang disembelih adalah:

Pertama, anak yang menggembirakan Ibrahim untuk pertama kali atas kelahirannya adalah Ismail. Adapun Ishak lahir setelah Ismail. Dengan demikian Ismail lebih tua dari Ishak. Sebagaimana urutan yang disebutkan pada ayat di atas, nama Ismail disebutkan lebih dahulu daripada nama Ishak.

Kedua, riwayat dari al Hakim dalam al Manaqib yang menyebutkan bahwa Nabi bersabda: “Saya adalah keturunan orang yang disembelih yaitu Ismail yang kemudian lahir Nabi Muhammad melalui jalur Abdullah”.

Ketiga, Allah menyifati Ismail dengan as sabr (sabar), sedangkan Ishak tidak demikian. Dasarnya adalah surat al Anbiyaa’ (21) ayat 85: “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Zulkifli, semua mereka termasuk orang-orang yang sabar”.

Sedangkan pendapat kedua yang menyatakan Ishak yang disembelih, argumentasinya adalah;

Pertama, Surat as-Shaffat ayat 99 -101: Kata ‘anak’ dalam ayat tersebut menurut mereka adalah Ishak.

Kedua, tulisan Ya’kub ke Yusuf, “Dari Ya’kub Israil Nabi Allah putra Ishak yang disembelih Allah putra Ibrahim khalilullah.

Ketiga, riwayat dari Abdullah bin Mas’ud bahwa seseorang berkata kepadanya: “Wahai anak orang tua yang mulia.” Abdullah bin Mas’ud berkata: Orang itu adalah Yusuf bin Ya’kub bin Ishak sembelihan Allah bin Ibrahim khalilullah.
(bersambung) Selengkapnya...

Minggu, November 22, 2009

Fiqih Qurban

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, Maka shalatlah untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan.” (QS. Al Kautsar: 2). Syaikh Abdullah Alu Bassaam mengatakan, “Sebagian ulama ahli tafsir mengatakan; Yang dimaksud dengan menyembelih hewan adalah menyembelih hewan qurban setelah shalat Ied.” Pendapat ini dinukilkan dari Qatadah, Atha’ dan Ikrimah (Taisirul ‘Allaam, 534 Taudhihul Ahkaam, IV/450. Lihat juga Shahih Fiqih Sunnah II/366). Dalam istilah ilmu fiqih hewan qurban biasa disebut dengan nama Al Udh-hiyah yang bentuk jamaknya Al Adhaahi (dengan huruf ha’ tipis)
Pengertian Udh-hiyah

Udh-hiyah adalah hewan ternak yang disembelih pada hari Iedul Adha dan hari Tasyriq dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah karena datangnya hari raya tersebut (lihat Al Wajiz, 405 dan Shahih Fiqih Sunnah II/366)

Keutamaan Qurban

Menyembelih qurban termasuk amal salih yang paling utama. Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah anak Adam melakukan suatu amalan pada hari Nahr (Iedul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah melebihi mengalirkan darah (qurban), maka hendaknya kalian merasa senang karenanya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dengan sanad sahih, lihat Taudhihul Ahkam, IV/450)

Hadis di atas didhaifkan oleh Syaikh Al Albani (dhaif Ibn Majah, 671). Namun kegoncangan hadis di atas tidaklah menyebabkan hilangnya keutamaan berqurban. Banyak ulama menjelaskan bahwa menyembelih hewan qurban pada hari idul Adlha lebih utama dari pada sedekah yang senilai atau harga hewan qurban atau bahkan sedekah yang lebih banyak dari pada nilai hewan qurban. Karena maksud terpenting dalam berqurban adalah mendekatkan diri kepada Allah. Disamping itu, menyembelih qurban lebih menampakkan syi’ar islam dan lebih sesuai dengan sunnah. (lih. Shahih Fiqh Sunnah 2/379 & Syarhul Mumthi’ 7/521)

Hukum Qurban

Dalam hal ini para ulama terbagi dalam dua pendapat:

Pertama, wajib bagi orang yang berkelapangan. Ulama yang berpendapat demikian adalah Rabi’ah (guru Imam Malik), Al Auza’i, Abu Hanifah, Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya, Laits bin Sa’ad serta sebagian ulama pengikut Imam Malik, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahumullah. Syaikh Ibn Utsaimin mengatakan: “Pendapat yang menyatakan wajib itu tampak lebih kuat dari pada pendapat yang menyatakan tidak wajib. Akan tetapi hal itu hanya diwajibkan bagi yang mampu…” (lih. Syarhul Mumti’, III/408) Diantara dalilnya adalah hadits Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah 3123, Al Hakim 7672 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

Pendapat kedua menyatakan Sunnah Mu’akkadah (ditekankan). Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama yaitu Malik, Syafi’i, Ahmad, Ibnu Hazm dan lain-lain. Ulama yang mengambil pendapat ini berdalil dengan riwayat dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya aku sedang tidak akan berqurban. Padahal aku adalah orang yang berkelapangan. Itu kulakukan karena aku khawatir kalau-kalau tetanggaku mengira qurban itu adalah wajib bagiku.” (HR. Abdur Razzaq dan Baihaqi dengan sanad shahih). Demikian pula dikatakan oleh Abu Sarihah, “Aku melihat Abu Bakar dan Umar sementara mereka berdua tidak berqurban.” (HR. Abdur Razzaaq dan Baihaqi, sanadnya shahih) Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada riwayat sahih dari seorang sahabatpun yang menyatakan bahwa qurban itu wajib.” (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/367-368, Taudhihul Ahkaam, IV/454)

Dalil-dalil di atas merupakan dalil pokok yang digunakan masing-masing pendapat. Jika dijabarkan semuanya menunjukkan masing-masing pendapat sama kuat. Sebagian ulama memberikan jalan keluar dari perselisihan dengan menasehatkan: “…selayaknya bagi mereka yang mampu, tidak meninggalkan berqurban. Karena dengan berqurban akan lebih menenangkan hati dan melepaskan tanggungan, wallahu a’lam.” (Tafsir Adwa’ul Bayan, 1120)

Yakinlah…! bagi mereka yang berqurban, Allah akan segera memberikan ganti biaya qurban yang dia keluarkan. Karena setiap pagi Allah mengutus dua malaikat, yang satu berdo’a: “Yaa Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfaq.” Dan yang kedua berdo’a: “Yaa Allah, berikanlah kehancuran bagi orang yang menahan hartanya (pelit).” (HR. Al Bukhari 1374 & Muslim 1010).

Hewan yang Boleh Digunakan Untuk Qurban

Hewan qurban hanya boleh dari kalangan Bahiimatul Al An’aam (hewan ternak tertentu) yaitu onta, sapi atau kambing dan tidak boleh selain itu. Bahkan sekelompok ulama menukilkan adanya ijma’ (kesepakatan) bahwasanya qurban tidak sah kecuali dengan hewan-hewan tersebut (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/369 dan Al Wajiz 406) Dalilnya adalah firman Allah yang artinya, “Dan bagi setiap umat Kami berikan tuntunan berqurban agar kalian mengingat nama Allah atas rezki yang dilimpahkan kepada kalian berupa hewan-hewan ternak (bahiimatul an’aam).” (QS. Al Hajj: 34) Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan, “Bahkan jika seandainya ada orang yang berqurban dengan jenis hewan lain yang lebih mahal dari pada jenis ternak tersebut maka qurbannya tidak sah. Andaikan dia lebih memilih untuk berqurban seekor kuda seharga 10.000 real sedangkan seekor kambing harganya hanya 300 real maka qurbannya (dengan kuda) itu tidak sah…” (Syarhul Mumti’, III/409)

Seekor Kambing Untuk Satu Keluarga

Seekor kambing cukup untuk qurban satu keluarga, dan pahalanya mencakup seluruh anggota keluarga meskipun jumlahnya banyak atau bahkan yang sudah meninggal dunia. Sebagaimana hadits Abu Ayyub radhiyallahu’anhu yang mengatakan, “Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seseorang (suami) menyembelih seekor kambing sebagai qurban bagi dirinya dan keluarganya.” (HR. Tirmidzi dan beliau menilainya shahih, lihat Minhaajul Muslim, 264 dan 266).

Oleh karena itu, tidak selayaknya seseorang mengkhususkan qurban untuk salah satu anggota keluarganya tertentu, misalnya kambing 1 untuk anak si A, kambing 2 untuk anak si B, karunia dan kemurahan Allah sangat luas maka tidak perlu dibatasi.

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berqurban untuk seluruh dirinya dan seluruh umatnya. Suatu ketika beliau hendak menyembelih kambing qurban. Sebelum menyembelih beliau mengatakan:”Yaa Allah ini – qurban – dariku dan dari umatku yang tidak berqurban.” (HR. Abu Daud 2810 & Al Hakim 4/229 dan dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ 4/349). Berdasarkan hadis ini, Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby mengatakan: “Kaum muslimin yang tidak mampu berqurban, mendapatkan pahala sebagaimana orang berqurban dari umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Adapun yang dimaksud: “…kambing hanya boleh untuk satu orang, sapi untuk tujuh orang, dan onta 10 orang…” adalah biaya pengadaannya. Biaya pengadaan kambing hanya boleh dari satu orang, biaya pengadaan sapi hanya boleh dari maksimal tujuh orang dst.

Namun seandainya ada orang yang hendak membantu shohibul qurban yang kekurangan biaya untuk membeli hewan, maka diperbolehkan dan tidak mempengaruhi status qurbannya. Dan status bantuan di sini adalah hadiah bagi shohibul qurban. Apakah harus izin terlebih dahulu kepada pemilik hewan?

Jawab: Tidak harus, karena dalam transaksi hadiah tidak dipersyaratkan memberitahukan kepada orang yang diberi sedekah.

Ketentuan Untuk Sapi & Onta

Seekor Sapi dijadikan qurban untuk 7 orang. Sedangkan seekor onta untuk 10 orang. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu beliau mengatakan, “Dahulu kami penah bersafar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tibalah hari raya Iedul Adha maka kami pun berserikat sepuluh orang untuk qurban seekor onta. Sedangkan untuk seekor sapi kami berserikat sebanyak tujuh orang.” (Shahih Sunan Ibnu Majah 2536, Al Wajiz, hal. 406)

Dalam masalah pahala, ketentuan qurban sapi sama dengan ketentuan qurban kambing. Artinya urunan 7 orang untuk qurban seekor sapi, pahalanya mencakup seluruh anggota keluarga dari 7 orang yang ikut urunan.

Arisan Qurban Kambing?

Mengadakan arisan dalam rangka berqurban masuk dalam pembahasan berhutang untuk qurban. Karena hakekat arisan adalah hutang. Sebagian ulama menganjurkan untuk berqurban meskipun harus hutang. Di antaranya adalah Imam Abu Hatim sebagaimana dinukil oleh Ibn Katsir dari Sufyan At Tsauri (Tafsir Ibn Katsir, surat Al Hajj:36)(*) Demikian pula Imam Ahmad dalam masalah aqiqah. Beliau menyarankan agar orang yang tidak memiliki biaya aqiqah agar berhutang dalam rangka menghidupkan sunnah aqiqah di hari ketujuh setelah kelahiran.

(*) Sufyan At Tsauri rahimahullah mengatakan: Dulu Abu Hatim pernah berhutang untuk membeli unta qurban. Beliau ditanya: “Kamu berhutang untuk beli unta qurban?” beliau jawab: “Saya mendengar Allah berfirman: لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ (kamu memperoleh kebaikan yang banyak pada unta-unta qurban tersebut) (QS: Al Hajj:36).” (lih. Tafsir Ibn Katsir, surat Al Hajj: 36).

Sebagian ulama lain menyarankan untuk mendahulukan pelunasan hutang dari pada berqurban. Di antaranya adalah Syaikh Ibn Utsaimin dan ulama tim fatwa islamweb.net di bawah pengawasan Dr. Abdullah Al Faqih (lih. Fatwa Syabakah Islamiyah no. 7198 & 28826). Syaikh Ibn Utsaimin mengatakan: “Jika orang punya hutang maka selayaknya mendahulukan pelunasan hutang dari pada berqurban.” (Syarhul Mumti’ 7/455). Bahkan Beliau pernah ditanya tentang hukum orang yang tidak jadi qurban karena uangnya diserahkan kepada temannya yang sedang terlilit hutang, dan beliau jawab: “Jika di hadapkan dua permasalahan antara berqurban atau melunaskan hutang orang faqir maka lebih utama melunasi hutang, lebih-lebih jika orang yang sedang terlilit hutang tersebut adalah kerabat dekat.” (lih. Majmu’ Fatawa & Risalah Ibn Utsaimin 18/144).

Namun pernyataan-pernyataan ulama di atas tidaklah saling bertentangan. Karena perbedaan ini didasari oleh perbedaan dalam memandang keadaan orang yang berhutang. Sikap ulama yang menyarankan untuk berhutang ketika qurban dipahami untuk kasus orang yang keadaanya mudah dalam melunasi hutang atau kasus hutang yang jatuh temponya masih panjang. Sedangkan anjuran sebagian ulama untuk mendahulukan pelunasan hutang dari pada qurban dipahami untuk kasus orang yang kesulitan melunasi hutang atau hutang yang menuntut segera dilunasi. Dengan demikian, jika arisan qurban kita golongkan sebagai hutang yang jatuh temponya panjang atau hutang yang mudah dilunasi maka berqurban dengan arisan adalah satu hal yang baik. Wallahu a’lam.

Qurban Kerbau?

Para ulama’ menyamakan kerbau dengan sapi dalam berbagai hukum dan keduanya disikapi sebagai satu jenis (Mausu’ah Fiqhiyah Quwaithiyah 2/2975). Ada beberapa ulama yang secara tegas membolehkan berqurban dengan kerbau, dari kalangan Syafi’iyah (lih. Hasyiyah Al Bajirami) maupun dari Hanafiyah (lih. Al ‘Inayah Syarh Hidayah 14/192 dan Fathul Qodir 22/106). Mereka menganggap keduanya satu jenis.

Syaikh Ibn Al Utasimin pernah ditanya tentang hukum qurban dengan kerbau.

Pertanyaan:

“Kerbau dan sapi memiliki perbedaan dalam banyak sifat sebagaimana kambing dengan domba. Namun Allah telah merinci penyebutan kambing dengan domba tetapi tidak merinci penyebutan kerbau dengan sapi, sebagaimana disebutkan dalam surat Al An’am 143. Apakah boleh berqurban dengan kerbau?”

Beliau menjawab:

“Jika hakekat kerbau termasuk sapi maka kerbau sebagaimana sapi namun jika tidak maka (jenis hewan) yang Allah sebut dalam alqur’an adalah jenis hewan yang dikenal orang arab, sedangkan kerbau tidak termasuk hewan yang dikenal orang arab.” (Liqa’ Babil Maftuh 200/27)

Jika pernyataan Syaikh Ibn Utsaimin kita bawa pada penjelasan ulama di atas maka bisa disimpulkan bahwa qurban kerbau hukumnya sah, karena kerbau sejenis dengan sapi. Wallahu a’lam.

Urunan Qurban Satu Sekolahan

Terdapat satu tradisi di lembaga pendidikan di daerah kita, ketika iedul adha tiba sebagian sekolahan menggalakkan kegiatan latihan qurban bagi siswa. Masing-masing siswa dibebani iuran sejumlah uang tertentu. Hasilnya digunakan untuk membeli kambing dan disembelih di hari-hari qurban. Apakah ini bisa dinilai sebagai ibadah qurban?

Perlu dipahami bahwa qurban adalah salah satu ibadah dalam islam yang memiliki aturan tertentu sebagaimana yang digariskan oleh syari’at. Keluar dari aturan ini maka tidak bisa dinilai sebagai ibadah qurban alias qurbannya tidak sah. Di antara aturan tersebut adalah masalah pembiayaan. Sebagaimana dipahami di muka, biaya pengadaan untuk seekor kambing hanya boleh diambilkan dari satu orang. Oleh karena itu kasus tradisi ‘qurban’ seperti di atas tidak dapat dinilai sebagai qurban.

Berqurban Atas Nama Orang yang Sudah Meninggal?

Berqurban untuk orang yang telah meninggal dunia dapat dirinci menjadi tiga bentuk:

* Orang yang meninggal bukan sebagai sasaran qurban utama namun statusnya mengikuti qurban keluarganya yang masih hidup. Misalnya seseorang berqurban untuk dirinya dan keluarganya sementara ada di antara keluarganya yang telah meninggal. Berqurban jenis ini dibolehkan dan pahala qurbannya meliputi dirinya dan keluarganya meskipun ada yang sudah meninggal.

* Berqurban khusus untuk orang yang telah meninggal tanpa ada wasiat dari mayit. Sebagian ulama madzhab hambali menganggap ini sebagai satu hal yang baik dan pahalanya bisa sampai kepada mayit, sebagaimana sedekah atas nama mayit (lih. Fatwa Majlis Ulama Saudi no. 1474 & 1765). Namun sebagian ulama’ bersikap keras dan menilai perbuatan ini sebagai satu bentuk bid’ah, mengingat tidak ada tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada riwayat bahwasanya beliau berqurban atas nama Khadijah, Hamzah, atau kerabat beliau lainnya yang mendahului beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

* Berqurban khusus untuk orang yang meninggal karena mayit pernah mewasiatkan agar keluarganya berqurban untuknya jika dia meninggal. Berqurban untuk mayit untuk kasus ini diperbolehkan jika dalam rangka menunaikan wasiat si mayit. (Dinukil dari catatan kaki Syarhul Mumti’ yang diambil dari Risalah Udl-hiyah Syaikh Ibn Utsaimin 51.

Umur Hewan Qurban

Untuk onta dan sapi: Jabir meriwayatkan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Janganlah kalian menyembelih (qurban) kecuali musinnah. Kecuali apabila itu menyulitkan bagi kalian maka kalian boleh menyembelihdomba jadza’ah.” (Muttafaq ‘alaih)
Sumber : Muslim.or.id.
Selengkapnya...

Selasa, November 10, 2009

HUBUNGI KAMI

  HUBUNGI KAMI LANGSUNG:
  Jl. Raya Jatiwaringin no. 45 Pondok Gede Kota Bekasi
  Telp. 08128058422, 0882 107 3024 84993368
  Faks. 021 84993368
  atau melalui email dengan mengisi kotak di bawah ini!

Nama Anda :
Alamat Email :
Topik :
Pesan :
Kode Verifikasi :

Terima kasih Anda telah menghubungi kami

Selengkapnya...

Rabu, Juli 08, 2009

Memuliakan Orang Tua

Pada suatu subuh, sahabat Ali bin Abu Thalib –semoga Allah memberikan kemuliaan kepadanya — bergegas menuju masjid untuk shalat berjamaah bersama Rasulullah Saw. Namun di tengah perjalanan, langkahnya terhambat oleh seorang lelaki tua berusia lanjut. Bapak tua itu berjalan lambat di depan Ali.

Suami Fatimah binti Rasulullah itu tak ingin mendesak dan memaksa untuk mendahului bapak tua itu. Ali menghormati karena ketuaannya. Dengan sabar, Ali mengikuti langkah demi langkah bapak tua itu di belakangnya. Sebenarnya, ada keresahan dalam hati Ali. Ia kawatir, tak sempat mengikuti shalat berjamaah bersama Rasulullah Saw.

Tibalah iring-iringan Ali dan bapak tua itu di depan masjid. Ternyata, bapak tua itu tak memasuki masjid. Tahulah Ali bahwa bapak itu bukanlah seorang Muslim, ia seorang Nasrani yang kebetulan sedang melintas. Setelah langkahnya tak terhalang, Ali bergegas memasuki masjid. Syukurlah, Ali masih sempat mengikuti raka'at terakhir.

Seusai shalat berjama'ah, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, "Apa yang terjadi wahai Rasulullah? Tidak seperti biasanya, engkau memperlambat ruku' yang terakhir?"

Rasulullah Saw pun menjawab, "Ketika ruku' dan membaca tasbih seperti biasa, aku hendak mengangkat kepalaku untuk berdiri. Tapi Jibril datang, ia membebani punggungku hingga lama sekali. Baru setelah beban itu diangkat, aku bisa mengangkat kepalaku dan berdiri."

"Mengapa bisa begitu ya Rasulullah?" tanya sahabat yang lain.

"Aku sendiri tak mengetahuinya dan tak bisa menanyakan hal itu kepada Jibril," jawab Rasulullah Saw.

Maka, datanglah Jibril kepada Rasulullah Saw dan menjelaskan apa yang terjadi. "Wahai Muhammad! Sesungguhnya tadi itu karena Ali tergesa-gesa mengejar shalat berjama'ah, tapi terhalang oleh seorang laki-laki Nasrani tua. Ali menghormatinya dan tak berani mendahului langkah orang tua itu. Ali memberi hak orang tua itu untuk berjalan lebih dulu. Maka, Allah memerintahkanku untuk menetapkanmu dalam keadaan ruku' hingga Ali bisa menyusul shalat berjama'ah bersamamu."

Kemudian Rasulullah Saw mengatakan, "Itulah derajat orang yang memuliakan orang tua, meski orang tua itu seorang Nasrani."

 

Selengkapnya...

Tema utama salah satu bentuk keindahan Alquran adalah seni menulis indah (kaligrafi). Seni menulis indah atau kaligrafi diciptakan dan dikembangkan oleh kaum Muslim sejak kedatangan Islam. Dibandingkan seni Islam yang lain, kaligrafi memperoleh kedudukan yang paling tinggi dan merupakan ekspresi spirit Islam yang sangat khas. Oleh karena itu, kaligrafi sering disebut sebagai 'seninya seni Islam' (the art of Islamic ).

Kualifikasi ini memang pantas karena kaligrafi mencerminkan kedalaman makna seni yang esensinya berasal dari nilai dan konsep keimanan. Oleh sebab itu, kaligrafi berpengaruh besar terhadap bentuk ekspresi seni yang lain. Hal ini diakui oleh para sarjana Barat yang banyak mengkaji seni Islam, seperti Martin Lings, Titus Burckhardt, Annemarie Schimmel, dan Thomas W Arnold.Keistimewaan lain kaligrafi dalam seni Islam adalah sebagai bentuk pengejawantahan firman Allah dan karya seni yang sangat berkaitan dengan Alquran dan hadis. Karena, sebagian besar tulisan indah dalam bahasa Arab menampilkan ayat Alquran atau hadis Nabi Muhammad SAW.

Di samping itu, kaligrafi merupakan satu-satunya seni Islam yang dihasilkan murni oleh orang Islam sendiri, tidak seperti jenis seni Islam lain (seperti arsitektur, seni lukis, dan ragam hias) yang banyak mendapat pengaruh dari seni dan seniman non-Muslim. Karena itu, tidak mengherankan jika sepanjang sejarah, penghargaan kaum Muslim terhadap kaligrafi jauh lebih tinggi dibandingkan jenis seni yang lain. Meski karya kaligrafi identik dengan tulisan Arab, kata kaligrafi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani ( kalios : indah dan graphia : tulisan). Sementara itu, bahasa Arab mengistilahkannya dengan khatt (tulisan atau garis) yang ditujukan pada tulisan yang indah ( al-kitabah al-jamilah atau al-khatt al-jamil ).Dibandingkan jenis tulisan lain, huruf Arab memiliki karakter huruf yang lentur dan artistik sehingga menjadi bahan yang sangat kaya untuk penulisan kaligrafi.

Selain memiliki karakter yang unik, pada hakikatnya seni tulisan Arab bukan sekadar representasi sisi artistik budaya Arab-Islam, tetapi juga gabungan keindahan, abstraksi, kreativitas, serta pesan moral yang dikandungnya. Setiap garis, spasi, dan alur tulisan memiliki ciri khas dan falsafah sendiri.Sifat unik huruf Arab ini baru tereksplorasi dengan baik di tangan kaum Muslim. Karena, pada masa sebelum datangnya Islam, orang Arab tidak memiliki seni tulis seperti yang dikembangkan oleh orang Arab Muslim. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kerajaan Arab kuno, seperti Nabatea, Hira, dan kerajaan lain di Yaman, menggunakan huruf ini dalam bentuk arkais (corak kuno).

Ragam Corak Kaligrafi

Akar kaligrafi Arab sebenarnya adalah tulisan hieroglif Mesir yang kemudian terpecah menjadi khatt Feniqi (Fenisia), Arami (Aram), dan Musnad (kitab yang memuat segala macam hadis). Menurut al-Maqrizi, seorang ahli sejarah abad ke-4, tulisan kaligrafi Arab pertama kali dikembangkan oleh masyarakat Himyar (suku yang mendiami Semenanjung Arab bagian barat daya sekitar 115-525 SM). Musnad merupakan kaligrafi Arab kuno yang mula-mula berkembang dari sekian banyak jenis khatt yang dipakai oleh masyarakat Himyar.

Dari tulisan tua Musnad yang berkembang di Yaman, lahirlah khatt Kufi .Kaligrafi Arab bercorak kuno ini terus dipertahankan sampai pada masa awal Islam, yakni zaman Rasulullah SAW dan Khulafa' ar-Rasyidin (Khalifah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Penamaan berbagai corak kaligrafi kuno yang berkembang pada masa itu mengambil nama-nama yang dinisbahkan kepada tempat-tempat di mana tulisan dipakai, seperti Makki (tulisan Makkah), Madani (Madinah), Hejazi (Hijaz), Anbari (Anbar), Hiri (Hirah), dan Kufi (Kufah).

Corak kaligrafi kuno mulai ditinggalkan pada masa kekhalifahan Islam dipegang oleh Bani Umayyah (661-750 M). Pada masa itu, mulai timbul ketidakpuasan terhadap khatt Kufi yang dianggap terlalu kaku dan sulit digoreskan. Lalu, dimulailah pencarian bentuk-bentuk lain yang dikembangkan dari gaya tulisan lembut ( soft writing ) non-Kufi sehingga lahirlah banyak gaya. Yang terpopuler di antaranya adalah Tumar, Jalil, Nisf, Tsuluts , dan Tsulutsain .Berkembangnya berbagai gaya penulisan kaligrafi pada masa Bani Umayyah membuat banyaknya para ahli penulis kaligrafi yang muncul. Salah satu tokoh kenamaan kaligrafi Bani Umayyah adalah Qutbah al-Muharrir.

Sedangkan, khalifah pertama Bani Umayyah, Muawiyah bin Abu Sufyan (661-680 M), adalah pelopor pendorong diusahakannya pencarian bentuk-bentuk baru kaligrafi tersebut.Tiga ratus jenisPada masa Daulah Abbasiyah (750-1258 M), dikembangkan lagi gaya-gaya baru dan modifikasi bentuk-bentuk lama. Pada masa ini, mulai dikenal khatt Khafif Tsuluts, Khafif Sulusain, Riyasi, dan al-Aqlam as-Sittah (Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqah dan Tauqi ). Gaya penulisan kaligrafi yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah ini lebih dari 300 jenis. Sementara itu, tokoh terkemuka di zaman ini adalah al-Ahwal, Ibnu Muqlah, Ibnu Bauwab, dan Yaqut al-Musta'simi.

Namun, melalui tangan Ibnu Muqlah, kaligrafi didesain menjadi bentuk-bentuk yang geometris. Huruf-huruf diberi ukuran menurut kadar tipis-tebal dan panjang-pendek serta lengkungan goresan secara pasti sehingga menghasilkan bentuk anatomi yang seimbang. Dialah yang pertama kali membagi jenis huruf Arab atas enam gaya, yakni kufi, naskhi, riqah, diwani, ta'liq , dan tsuluts .Rumus Ibnu Muqlah ini dinamakan al-Khatt al-Mansub yang terdiri atas komponen alif, titik belah ketupat, dan standar lingkaran.

Selengkapnya...

Rabu, Juli 08, 2009

Imam Syafi'i dan Imam Malik

Imam Syafi'i adalah seorang tokoh besar pendiri Mazhab Syafi'i. Beliau dikenal sangat cerdas. Ada yang mengatakan bahwa sejak usia 7 tahun sudah hafal al-Qur'an. Beliau bukan berasal dari keluarga yang berkelebihan. Namun berkat kecerdasannya itu, beliau bisa belajar pada seorang guru di Mekah tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun.

Imam Malik juga tokoh besar pendiri Mazhab Maliki. Beliau berasal dari keluarga terhormat, baik sebelum maupun sesudah datangnya Islam. Kakeknya, Abu Amir termasuk keluarga pertama yang memeluk agama Islam dan juga menjadi ulama hadis terpandang di Madinah. Sejak Muda, Imam Malik menjadi orang yang cinta kepada ilmu. Beliau belajar ilmu hadis pada ayah dan paman-pamannya. Al-Muwatta', kitab fikih yang berdasar dari kumpulan hadis-hadis pilihan, adalah kitab karangan beliau yang menjadi pegangan para santri sampai sekarang.

Imam Syafi'i dan Imam Malik bertemu di Madinah. Ceritanya, setelah berguru pada banyak ulama di Mekah, Imam Syafi'i ingin sekali melanjutkan pengembaraannya ke Madinah. Apalagi beliau mengetahui di Madinah ada Imam Malik, ulama yang termashur itu. Di hadapan Imam Malik, Imam Syafi'i mengucal al-Muwatta', kitab yang sebelumnya sudah dihafalnya saat berada di Mekah. Imam Malik sangat kagum pada Imam Syafi'i dan begitulah hubungan antara kedua tokoh besar itu selanjutnya.

Dalam tradisi Mazhab Syafi'i, saat melaksanakan shalat Shubuh dibacakan doa Qunut. Berbeda dalam tradisi Mazhab Maliki, tak ada doa Qunut dalam shalat Shubuh. Namun, perbedaan tradisi itu tak membuat hubungan keduanya retak. Mereka tetap menjadi guru dan murid yang saling menghormati pendapat masing-masing.

Suatu hari, Imam Syafi'i berkunjung dan menginap di rumah Imam Malik. Saling berkunjung dan menginap itu sudah menjadi kebiasaan antara keduanya. Imam Syafi'i diminta gurunya menjadi imam saat melaksanakan shalat Shubuh. Karena ingin menghormati gurunya, Imam Syafi'i tak membaca doa Qunut dalam shalat berjama'ah itu.

Begitu pun sebaliknya. Di lain hari, Imam Malik menginap di kediaman Imam Syafi'i. Saat Shubuh, mereka melaksanakan shalat Shubuh berjama'ah, Imam Syafi'i meminta gurunya menjadi imam shalat. Dengan alasan yang sama, Imam Malik pun membaca doa Qunut.

Selengkapnya...

Senin, Mei 04, 2009

Prostration

Your body receives a huge amount of electromagnetic waves daily. You get these electromagnetic waves through the electrical equipments that you use and various equipments which you can not leave. Also through the electrical lights which can not be switched off in certain cases if even at home. You are a source which receives huge amounts of electromagnetic waves. In other words you are charged with electromagnetic without realizing it. You have headache you feel uncomfortable, laziness in action and pain in different places. Don’t forget this when you feel some of these symptons.

What is the solution from all this ?. A non-muslim scientist (From Europe) made a research from which he concluded that the best way for the body to remove the positive electromagnetic charges which hurts the body is :

  1. By putting your forehead on the ground more than once so that the ground will discharge the positive harmful electromagnetic charges
  2. This is similar to the grounding of the building where any positive electromagnetic signals (like thunders) would be discharged through the ground
  3. So put your forehead on the ground to discharge the positive electromagnetic signals
  4. The best is to put your forehead on the same and it becomes more amazing that the best way is to put your forehead on the ground while you are positioned to the center of the earth. Since you will be able to discharge the electromagnetic signals in a better and more efficient way.

And you will be amazed when you know that electromagnetic is scientifically proven to be the center of the earth and the Kaaba as the exact center of the earth. So prostration in your prayer is the best way to discharge the harmful electromagnetic signals from your body. It is also the ideal way to b very close from the Almighty who created this universe in such a creative way.

Allah Almighty will always ask you to do thing because there are helpful and useful for us. There are cases when we won’t know the reason for a certain act, but sooner or later you might be able to find the reason. In any case you should trust the Almighty Alloh and know that whatever you do for Him is the best for you. We do not prostration to discharge the electromagnetic waves but to obey the Almighty Alloh we trust that in His commands there is always a wisdom an trust is because He is the creator, He knows everything.

However, since the scientific reason is available is not essential to show it to the people so that they can see that whatever muslims do is good for them.

Selengkapnya...

Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigapmenangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. " Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya?

Allahumma shalli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita sebagai umatnya. Tumbuhkanlah kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, dengan realiasi Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Mari kita mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas keluarga, anak, dan harta kita.
Selengkapnya...

H. Muhammad Shohib, MA Sejatinya , tugas memelihara kemurnian kitab suci al Qur'an merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam. Namun demikian, beban tanggung jawab terbesar berada di pundak para ulama, yakni mereka yang ahli di bidang ilmu al Qur'an. Di Indonesia, adalah Lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur'an yang banyak menangani tersebut. Selain mentashih, lembaga ini juga memberikan rekomendasi pentashihan, baik dalam penulisan huruf al Qur'an, terjemahan maupun tafsirnya. "Secara umum, pentashihan adalah pekerjaan yang memerlukan kehati-hatian tingkat tinggi. Mengapa? Sebab yang ditangani adalah kitab suci," tandas Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur'an Drs. H. Muhammad Shohib MA

Pemeliharaan Al Qur'an menyangkut tiga hal, pentashihan, pengkajian, dan pemeliharaan secara fisik. Semua itu dilakukan sebagai implementasi dari firman Allah dalam surat al Hujuraat : 9 yang artinya, " Sesungguhnynya Kami menurunkan Al Qur'an dan Kami yang akan menjaganya."

Para ahli tafsir memahami ayat di atas adanya kemungkinan keterlibatan selain Allah dalam menjaga kesucian Al Qur'an yaitu partisipasi aktif dari masyarakat Islam.

Pertama, pentashihan, yakni menyangkut teks al Qur'an supaya tetap benar (jangan salah tulis). Kedua, menyangkut masalah pemahaman (tafsir) karena fungsi al Qur'an yang utama sebagai hudan (petunjuk). Sebagai petunjuk tentu saja al Qur'an harus dipahami dengan benar dan sekaligus diamalkan dala kehidupan sehari-hari. Di samping itu, al Qur'an ditulis dalam bahasa Arab, sehingga banyak umat Islam yang tidak paham. Maka itu perlu diterjemahkan dan dituliskan tafsirnya agar bisa lebih dipahami. Ketiga, sebagai kitab suci, al Qur'an secara fisik harus terpelihara dengan baik. Karena itu di Indonesia dibangun Bayt al Qur'an yakni museum al Qur'an yang berada di Taman Mini

Al Qur'an sesuai dengan namanya artinya bacaan, maka al Qur'an harus dibaca. Nama lain yang sangat populer adalah kitab yang artinya tulisan, maka al Qur'an harus ditulis/dituliskan.

Jadi secara historis, pemeliharaan al Qur'an melalui dua cara yaitu dibaca/dihafal dan ditulis. Sehingga jika ada teks yang salah bisa dipantai dan dikoreksi oleh para hafidz. Sebaliknya para hafidz juga memerlukan tulisan untuk menghafal al Qur'an, maka itu al Qur'an harus ditulis. Kedua cara tadi membaca dan menulis sama-sama penting. (dikutip dari Tabloid Dialog Jum'at)
Selengkapnya...

Jumat, Maret 13, 2009

Al Qur'an dari Masa ke Masa

Dalam Al Qur'an surah Al Hijr (15) ayat 9 menyebutkan, " Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an dan Kami pula yang menjaganya." Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Qur'an selama-selamanya hingga akhir zaman. Karena itu banyak umat Islam, termasuk pada zaman Rasulullah saw. yang hafal Al Qur'an. Dengan adanya umat yang hafal Al Qur'an, ia senantiasa terjaga termasuk dari pemalsuan oleh orang-orang di luar Islam. Selanjutnya demi memudahkan umat Islam (termasuk yang bukan Islam) membaca Al Qur'an dengan baik, mushaf Al Qur'an pun dicetak sebanyak-banyaknya setelah melalui tashih (pengesahan dari ulama-ulama yang hafal Al Qur'an. Al Qur'an pertama kali dicetak pada tahun 1530 Masehi atau sekitar abad ke-10 H. di Bundukiyah (Vinece). Namun kekuasaan gereja memerintahkan agar Al Qur'an yang telah dicetak itu dibasmi. Kemudian Hankelman mencetaknya kembali di kota Hamburg (Jerman) pada tahun 1694 M. atau sekitar abad ke-12 H. Kini Al Qur'an telah dicetak di berbagai negara di belahan bumi ini. Pemeliharaan Al Qur'an tak henti sampai di situ. Di sejumlah negara didirikan lembaga pendidikan yang dikhususkan mempelajari ulumul Qur;an ( ilmu-ilmu tentang Al Qur'an). Salah satu materi pelajaran yang diajarkan adalah hafalan Al Qur'an. Di Indonesia sendiri terdapat banyak lembaga-lembaga pendidikan yang khusus menghafal Al Qur'an, mulai dari pendidikan tinggi seperti Institut Ilmu Al Qur'an (IIQ) hingga pesantren yang khusus menghafal Al Qur'an seperti Pesantren Yanbuul Qur'an di Kudus Jateng, atau pesantren-pesantren yang didalamnya juga ada program hafal qur'an. Misalnya Pesantren Assyafi'iyah Sukabumi, Pesantren Al Amin Parenduan Madura, dan masih banyak pesantren-pesantren Al Qur'an lainnya.
Selengkapnya...

Jumat, Februari 27, 2009

Presiden Miskin Kaya Iman

Presiden Iran saat ini: Mahmoud Ahmadinejad, ketika di wawancara oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya: "Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?" Jawabnya: "Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya: "Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran."

Berikut adalah gambaran Ahmadinejad, yang membuat orang ternganga dan terheran-heran :

  1. Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.
  2. Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.
  3. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.
  4. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang kepadanya dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.
  5. Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya.
  6. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250.
  7. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimilikinyaseorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan. Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.
  8. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.
  9. Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.
  10. Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri2 nya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara2 seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.
  11. Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden? Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Menurut koran Wifaq, foto2 yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk amerika.
  12. Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka.
  13. Bahkan ketika suara azan berkumandang, ia langsung mengerjakan sholat dimanapun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet biasa.
  14. Baru-baru ini dia baru saja mempunyai Hajatan Besar Yaitu Menikahkan Puteranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini hanya layaknya pernikahan kaum buruh. Berikut dokumentasi betapa sederhananya cara hidup beliau yang tidur biasa di atas karpet sederhana.

    Akankah kita di Indonesia mempunyai seorang Pemimpin seperti beliau, mudah-mudahan di pemilu yang akan datang kita akan memiliki Presiden seperti ini. "Ya Allah berikanlah kami pemimpin dari sisi Engkau". Amin

Link Selengkapnya...

Related Posts with Thumbnails