Hari ini kita telah memasuki hari ke-16 puasa Ramadhan, memasuki 10 hari kedua yaitu hari pengampunan (maghfirah). Sepuluh hari pertama disebut "rahmah" dan sepuluh hari terakhir disebut "itqun min annar". Semoga Allah swt. senantiasa melindungi kita agar bisa melewati tahapan-tahapan itu sehingga misi puasa benar-benar kita capai yaitu suatu derajat yang paling tinggi di sisi-Nya. Derajat itu hanya bisa dicapai oleh seorang hamba yang benar-benar menghamba bukan seorang hamba yang berlaku seperti majikan atau pejabat atau majikan yang menghamba. Itulah pangkat "taqwa".
Betapa sering kali kita masih melakukan perbuatan yang tidak mencerminkan seorang hamba yang berpuasa. Hidup boros, berdusta, berkata kasar sehingga menyinggung orang lain adalah beberapa contoh perbuatan yang tidak pantas dilakukan seorang hamba di depan Allah sebagai majikan (penguasa) alam semesta. Puasa hakikatnya adalah mengutamakan semangat untuk menahan (arti dari kata 'shaum') hal-hal yang sebenarnya boleh kita lakukan ketika tidak berpuasa bukan perbuatan yang terlarang. Perbuatan terlarang kapan pun di mana pun tetap terlarang. Kita tidak boleh makan ketika berpuasa padahal makan itu perbuatan halal. Jika kita makan, maka puasanya batal. Maknanya, kita dilatih untuk membiasakan diri hidup sederhana; makan tidak berlebihan dan tidak sembarangan, menolong orang lain walaupun dalam keadaan butuh, membangun rasa empati dan simpati, serta tidak sombong diri.
Insya Allah, jika kita membiasakan diri berprilaku seorang hamba, maka kita tidak akan pernah menyombongkan diri dengan kekayaannya, keilmuannya, kepangkatannya, kecantikannya, kekuasaannya. Karena kita tetap seorang hamba yang tidak memiliki sesuatupun darinya. Semua itu milik Allah termasuk kita.
Pada suatu kali ketika khutbah Jum'at di bulan Sya'ban menjelang Ramadhan, tiba-tiba Rasulullah saw. mengucapakan 'amin' sebanyak tiga kali. Para sahabat bertanya, "Ada apakah ya Raulullah?". Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak berbakti kepada mereka berdua’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.”
Semoga puasa Ramadhan kita tahun ini tidak termasuk pada amin pertama Rasulullah di atas, Ramadhan tanpa ampunan. Sebaliknya kita berharap Ramadhan yang penuh berkah.
Allaahumma baarik lanaa fii Ramadhaana.